Selasa, 08 April 2014

Bahagia adalah Aku Bersamamu Selamanya



Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get discovered!

Bahagia adalah Aku Bersamamu Selamanya

Suasana The Bay Bali—tepatnya di Pirates Bay—semarak. Banyak anak kecil yang sedang bermain di sini.Bermain a la bajak laut dengan semangatnya. Terlihat dari raut wajah mereka yang sangat excited—bertanya ini-itu kepada sang pemandu. Mereka tetap tertib dan tidak banyak ngobrol dengan temannya sendiri ketika sang pemandu sedang menjelaskan—mungkin—aturan permainannya. Pemandunya pun tidak tanggung-tanggung.Dia memakai pakaian bajak laut seperti Jack Sparrow.Membuat anak-anak semakin semangat ingin bermain.
Lalu, pandanganku beralih.Melihat ke sekitar.Cantik dan sangat memanjakan mata.Semuanya terlihat sempurna.Tidak seperti restoran kebanyakan, konsep restoran ini unik.Sama seperti namanya, Pirates, konsep restorannya pun bergaya bajak laut.Ada kapal khas bajak laut yang “terdampar” di sini. Tidak hanya itu yang membuatnya berbeda dari yang lain.Selain ada aktivitas seperti yang dilakukan oleh anak-anak tadi, ada rumah pohon juga yang sudah dilengkapi dengan bantal-bantal empuk untuk pengunjung yang membutuhkan tempat bersantai lebih private. Tenda-tenda kecil juga sudah dipersiapkan dan tambahan plusnya, ada barbecue time lengkap dengan api unggunnya.
            Beda. Itulah yang kurasa.Seburat kenangan muncul kembali.Berputar dengan lambatnya sehingga aku bisa merasakannya seperti dulu.Gemetar, lemas, dan akhirnya aku kembali kalah saat air mataku turun perlahan di pipi.Aku menyekanya dengan tangan kiriku.Sementara tangan kananku digenggam dengan eratnya oleh Khrisna, suamiku. Oh, Tuhan, aku bahkan lupa dengan dirinya. Di sini, berdiri di sampingku dan akan tetap berada di sampingku untuk selamanya.
            “Berbahagialah, Sayang. Kamu berhak bahagia,” ucapnya tenang.Namun, ucapan itu membuat air mataku mengalir deras.
            Berhak untuk bahagia?Siapa?Aku?Yang berhak untuk bahagia adalah kamu, Khris.Aku membatin.
            Melihat tangisku semakin pecah, Khrisna segera memelukku.Hangat dan aku bisa merasakan seluruh cinta dan sayangnya.Pelukannya sangat erat. Seerat ia menggenggam tanganku tadi. Dielusnya kepalaku perlahan.Perlakuan yang sedemikian romantisnya ini kembali mengingatkanku ke kenanganku.Ya, sebuah cinta yang kupunya dan kini aku harus mengikhlaskannya pergi.
            Air mataku sepertinya belum mau berhenti.
            “Oke. Ke pohon kita yuk. Aku sudah reserve satu khusus buat kita,” kata Khrisna sambil tersenyum, “gendong?”
            Aku ikut tersenyum walau masih ada sisa-sisa air mata dan kemudian mengangguk.Khrisna segera menggendongku.Aku benamkan mukaku di lehernya.Kalau manjaku sudah keluar begini, Khrisna pasti melancarkan serangan-serangan noraknya hanya untuk membuatku tersenyum.Setidaknya, karena ia sedang menggendongku, ia tidak mengeluarkan aksi urat-malu-putusnya di depan umum melainkan menggantinya dengan cerita-cerita lucu.
            “Kita sudah sampai di pohon kita, Tuan Putri,” katanya sambil menurunkanku, “kamu naik ke atas duluan, ya. Aku mau pesan grilled barracuda samacoconut paradise kesukaanmu dulu. Oke?”
            Aku hanya mengangguk walaupun aku masih aneh sendiri.Kan, ada waitress.Khrisna bisa saja memesan lewat pelayan tanpa dia yang harus memesan sendiri.Tapi, biarlah.Mungkin, Khrisna memang sengaja memberikan aku waktu untuk sendiri.
            Grilled barracuda dan coconut paradise.Dua menu favoritku dan bukan tidak mungkin itu juga menu favorit pengunjung di sini.Semua itu sebenarnya juga favorit dia. Dulu.Dan aku langsung mengklaim bahwa itu juga menjadi menu favoritku. Sejak awal ia membawaku ke sini dan sejak ia memesankan makanan itu saat aku bingung harus memilih makanan apa. Kujajaki tangga rumah pohon satu per satu.Ya, aku memang cengeng.Menaiki tangga rumah pohon saja, aku menangis. Khrisna selalu me-reserve rumah pohon yang sama. Bahkan, ini adalah rumah pohon yang sama saat ia dan aku ke sini, lima tahun yang lalu.
            Mungkin, kalian akan menganggapku gila. Mungkin kalian akan berpikir, nggak mungkin ini adalah rumah pohon yang sama karena bisa saja pihak dari The Bay Bali merenovasi atau apalah. Tapi, entahlah.Perasaanku kuat.Aku berani bertaruh bahwa anak tangga ke-12 pasti berdecit.
            Ciiit.
            Tepat anak tangga ke-12, berdecit.Aku benar. Aku nggak tau harus bersikap apa. Bangga kah karena perasaanku kuat dan benar atau sedih karena ini adalah pohon yang sarat dengan kenangan? Oh, Tuhan. Mengalahkan kenangan saja aku tak bisa.
            Ini semua salah Khrisna.Dia selaaalu membawamu ke kenangan itu. Dia ingin kamu bahagia, tapi apa? Apakah kamu bahagia dengan perlakuannya?Sebagian diri aku bergumam.Jelas dan nyata.Gejolak amarah seketika merambat naik di tubuhku.Pikiran-pikiran liar tak terkendali semakin nyata di otak.Tapi, semuanya sirna saat aku melihat banyaknya hamparan kelopak mawar merah utuh di tingkat pertama rumah pohon atau yah, aku biasa bilang di cawan pertama.
            Kelopak mawar utuh menutupi seluruh cawan.
            Di setiap sudut, bantal bersarung oranye kini berganti putih.Di tata sedemikian rupa sehingga menimbulkan suasana romantis. Atribut pirates atau yang bergaya a la Jack Sparrowsama sekali nggak ada.Aku melangkah dengan hati-hati. Takut merusak kelopak bunga yang masih cantik dan segar itu.Berapa lama Khrisna menyiapkan ini semua?
            Aku naik ke cawan selanjutnya.
            Aku pun kembali kaget.
            Cawan kedua pun juga ditutupi oleh kelopak bunga mawar utuh—bukan merah, tetapi putih—sampai tak ada lagi lantai kayu kosong yang tersisa.Seluruh sisinya juga ditutupi tirai tipis berwarna senada dengan lantai mawarnya.Putih.Namun, ada satu yang menarik perhatianku.Ada sebuket bunga mawar merah yang disandarkan di batang pohon dan sebuah kotak tepat ditaruh tepat disebelah buketnya.
            Aku ambil buket dan kotaknya.
            Di dalam kotak, hanya terisi sebuah surat.
            Kubuka dan mulai kubaca.
*

            Pulau Dewata memang surganya para turis.Domestik maupun asing.Itu juga yang dirasakan oleh Radha. Ini memang bukan kali pertama ia menginjakkan kakinya di tanah para dewa. Melainkan sudah kesekian kalinya hingga ayahnya membeli sebuah rumah kecil di Bali untuk tempat mereka sekeluarga beristirahat.Semacam villa.
            Radha menggelayut manja di lengan ayahnya. Sang ayah, yang hanya memakai kaus oblong berwarna biru, celana pendek berwarna sama, serta tidak ketinggalan topi bekas ospek dari universitas tempat Radha menuntut ilmu, tersenyum sumringah. Bahagia terpancar jelas dari wajahnya.
            “Kenapa pakai topi yang itu, Yah? Malu, tau,”kata Radha.Dia menekuk mukanya dalam-dalam.
            Ayahnya tertawa mendengar perkataan si tunggal.“Kalau kamu malu, kalau Ayah bangga.”
            Radha merona.Hanya dengan masuk ke universitas negeri yang diburu seluruh orang se-Indonesia bahkan juga luar negeri, beralmamater kuning, itu sudah membuat ayahnya bangga.Senang namun membuat Radha merenung sendiri.Hal itu belum cukup.Radha ingin membuat hari-hari ayahnya bahagia seperti hari ini. Tentunya juga bangga seperti hari dimana ia dikukuhkan menjadi mahasiswa di universitas idaman orang se-Indonesia.
            “Ayah sudahpesankan tempat di restoran favorit kita.” 
            “Ke sana lagi?” ujar Radha berbinar.
            “Ya.Kita akan ke Pirates Bay.”
            Pirates Bay adalah restoran unik berstyle bajak laut.Pecinta seafood mesti datang ke sini.Makanan dan minumannya sungguh buat kita nagih.Awal pertama Radha ke Pirates Bay, Radha bingung. Dia pecinta seafood sejati dan dia nggak tau harus memesan apa karena jika ingin menuruti kemauannya, ia bisa saja memesan seluruh menu yang ada. Mulai dari appetizer sampai dessertnya.Ayahnya lalu memberikan rekomendasi. Grilled barracuda dan coconut paradise, es krim berwadah kelapa dan disajikan dengan astor dan saus cokelat. Dua menu yang sanggup membuat lidah Radha bergoyang. Radha nggak menyangka bahwa daging barakuda enak juga!
            Sesampainya di Pirates Bay, ayahnya langsung memboyong Radha ke salah satu rumah pohon.Tempat yang sudah dipesankan untuk mereka berdua.Di dalam rumah pohon, mereka bercerita banyak. Sebetulnya, Radha, sih, yang banyak bicara.Radha memang cerewet.Maklum, anak tunggal dan sudah ditinggal oleh ibunya. Dan sang ayah memutuskan untuk tidak menikah kembali.
            “Ayah selalu memilih tempat ini. Kenapa?”
            “Ayah seperti bisa merasakan ibumu hadir di sini,” katanya tenang sambil tersenyum, “ibumu selalu suka Bali. Dan resto ini menjadi tempat favoritnya.Asal kamu tau saja, saat kamu sibuk skripsi dan nggak mau diganggu, ayah dan ibu pergi ke sini.Bulan madu kedua kalinya.”
            “Huh, pantes. Bibi mesem-mesem pas aku tanya ayah sama ibu ke mana.” Radha cemberut, namun dalam hatinya senang.Sampai akhir hayat ibunya, mereka tetap romantis.Nggak kalah dengan pasangan muda.
            “Khrisna orang yang baik. Ayah merestuimu,” katanya tiba-tiba.
            Radha termenung. Selama ini, ayah dan ibunya memang tau kalau ia berpacaran dengan Khrisna. Namun,hanya sebatas pacaran. Perkataan ayahnya tadi, apakah ia sudah memperbolehkannya untuk menikah dengan Khrisna?
            “Maksud ayah?”
            “Jika nanti Khrisna melamarmu, ayah restui.”
            Radha tidak pernah berbicara seserius ini dengan ayahnya.Tapi, Radha senang.Ayahnya sudah memberikan lampu hijau untuk dirinya dan Khrisna ke jenjang yang lebih tinggi dan itu berarti ayah sudah percaya dengan Khrisna.

*

            Khrisna termenung di tangga rumah pohonnya. Sesekali ia melihat ke atas. Tirai tipis yang membentang bergerak tertiup angin.Kosong.Itulah yang dilihatnya. Khrisna melihatnya seperti tidak ada siapa-siapa di sana.             Semuanya sangat tenang.Bahkan terlalu tenang.Namun, Khrisna membiarkan saja.Biarlah.Jika Radha ingin menangis, menangislah sepuasnya.Khrisna berharap, tangisan selanjutnya adalah tangisan kebahagiaan.
            Khrisna masih ingat betul saat itu.Saat ayah Radha meninggal dunia.Pikiran Khrisna seperti me-rewind ke hari di mana Radha menelponnya untuk memberitahu jika ayahnya sakit dan akhirnya tiada.

*

Radha masih terdiam di pusara sang ayah. Tepat disebelah makam ayahnya adalah pusara sang ibu tercinta.Setelah para pelayat mengucapkan belasungkawa dan beranjak pulang, Radha masih dalam diamnya.Tidak terdengar isak tangis dan hanya berbicara seperlunya kepada pelayat yang hadir.Jika ditanya tentang kronologi ayahnya, Radha bungkam atau hanya memberi sedikit informasi.Kalau sudah seperti itu, Khrisna ambil alih keadaan.Dia yang menjawab semua pertanyaan dari pelayat.Khrisna tau.Sangat tau bahwa orang tercintanya sedang terpuruk di titik yang paling rendah.
            Sejauh ia berpacaran dengan Radha, ia mengetahui bahwa kekasihnya amat sangat dekat dengan ayahnya. Mungkin, karena Radha adalah anak perempuan dan tunggal. Apalagi, sang ibu telah  meninggalkannya setahun yang lalu. Jika sedang berkunjung ke rumah Radha, Khrisna malah sering menghabiskan waktunya dengan ayah Radha.Dari bermain catur sampai mengobrol hal nggak penting seperti “duluan ayam apa telur”.Sedangkan, Radha malah lebih sering berkutat di dapur.Membuatkan makanan dan minuman untuk kedua pria yang dia sayang.
            Khrisna pun juga tidak menyangka akan secepat ini. Seminggu yang lalu, baru saja Radha memberitahu bahwa ia akan “berkencan” dengan ayahnya ke Bali.Ke tempat favoritnya, Pirates Bay. Dan tiga hari kemudian, sang ayah tumbang di rumahnya di Bali. Stroke.Begitulah kata dokter.Namun, sayang.Pembuluh darah pecah tepat pada pusat kehidupan.Di batang otak. Koma selama tiga hari dan akhirnya sang ayah kembali kepada-Nya.
            Selama waktu itu, Khrisna hanya mampu menemani Radha tanpa banyak bicara.Dengan kehadirannya, Khrisna berharap bisa membantu menguatkan psikis Radha yang masih kacau.Tidak hanya sebatas menguatkan Radha, harapan Khrisna lebih jauh dari itu.Ia ingin Radha bahagia. Selamanya.

*

Ya Tuhan, Khrisna
Aku menutup mulut dan air mataku kembali tumpah. Surat itu benar-benar membuatku sadar. Kulihat di salah satu sudut cawan. Khrisna sudah duduk bersila di sana. Tersenyum. Sudah berapa lama dia di sana? Dan tanpa sadar aku ikutan tersenyum. Aku mendekat kepadanya dan kemudian memeluknya. Erat. Sangat erat. Dia hanya mengelus kepalaku perlahan. Dikecupnya pucuk kepalaku dengan mesra.
“Aku hanya ingin buat kamu bahagia.”
“Tapi, kenapa di sini?” kataku sambil menatap Khrisna.
“Kamu sudah baca surat dariku kan?”
Aku hanya mengangguk.
“Ayah menyayangimu. Ibu juga. Dan aku pun begitu,” ucapnya tenang.
Ya, seharusnya aku bersyukur. Ada Khrisna di sisiku.
“Berapa lama kamu nyiapin ini semua?”
“Kalau aku kasih tau, kamu sun aku ya,” ujar Khrisna sambil mengerling nakal padaku.
Aku tersipu dan mencubit perutnya. Dia hanya tertawa.“Janji sama aku ya?”
“Janji apa?”
“Janji akan selalu ada di sebelahku sampai ajal memisahkan?”
“Saat ijab qabul, bahkan saat aku telah memantapkan hati untuk terus serius sama kamu, aku sudah berjanji. Dan kamu juga harus janji satu hal sama aku.”
“Apa?”
“Jangan sedih lagi, ya. Bukan hanya aku saja yang akan sedih. Tetapi, kedua orang tuamu juga akan sedih.”
“Ya, aku janji.”

*

Bali, 6 April 2014

Radha sayangku,
            Aku tahu, kamu masih terpuruk. Ayahmu, seseorang yang amat sangat memanjakanmu, tiada. Aku sadar, aku tidak bisa menggantikan posisinya di hatimu. Namun, aku berusaha. Ingin membuatmu bahagia. Selamanya.
            Sayang, tahukah kau tentang satu hal? Aku sudah lama menyimpan ini sendirian. Berat, sebenarnya. Namun, demi kamu, aku rela. Bukan, aku bukan menyimpan suatu barang. Tapi, suatu rahasia. Sebelum kamu dan ayah pergi ke Bali, dia memintaku untuk bertemu dengannya. Ada satu janji yang sudah kuucapkan di depannya. Janji untuk membahagiakanmu. Entah ini sebuah pertanda atau hanya kebetulan saja aku tidak tahu. Sesudah aku berjanji, ayahmu merestui kita untuk hidup bersama. Menikah.
            Mungkin, kamu sering berpikir kenapa aku selalu mengajakmu ke tempat yang kau datangi dulu bersama ayah dan ibumu. Bukan, bukan untuk membuatmu menangis karena mengingat mereka. Itu karena aku tahu, bahwa itu tempat favoritmu. Mungkin, memorimu akan memutar kembali saat-saat kamu bersama ayah. Tapi, bukan untuk ditangiskan. Melainkan hanya untuk dikenang.
            Ikhlaskanlah, sayang. Ikhlaskanlah semuanya. Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Ikhlas akan membawa hatimu damai. Ayah dan ibumu akan tersenyum bahagia di surga. Begitu pun denganku. Janjiku kepada ayah akan tunai ketika kamu bahagia bersamaku. Dan aku akan terus berusaha untuk membahagiakanmu sampai Dia memanggil kita berdua.
            Sekarang, bagiku, bahagia adalah aku bersamamu selamanya.

The Bay Bali








Siapa sih, yang nggak kenal dengan Pulau Bali? Pulau yang mendapat julukan sebagai pulau surge itu memang membuat kita mabuk kepayang. He-he. Alamnya, indah. Budayanya, menawan. Pokoknya, bias buat kita happy deh :D


Sejujurnya, aku juga belum pernah kesana. Ke Bali, maksudnya. Taaapppiii, dengan melihat foto dan berselancar di dunia maya membuatku bisa berimajinasi kalau aku ada di sana. Sedih, sih, tapi ngga apa-apa. Someday, aku bias kesana beneran.
 

Karena keseringan berselancar di dunia maya, aku ketemu sebuah event dari nulisbuku.com dan The Bay Bali. Mereka menyelenggarakan #ProyekMenulis dan Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Proyek Menulis Letters of Happiness: Share your happiness with The Bay Bali & Get discovered!



Nah, karena dari situlah aku browsing tentang The Bay Bali dan ya ampuuun! Aku sampe tahan nafas hanya dengan ngeliat fotonya! Ada beberapa resto yang ada di The Bay Bali dan yang paling menarik perhatiankuuu adalah Pirates Bay. Pasti kalian udah kebayangkaaaan. Yaps, betul! Restoran ini mempunyai konsep a la bajak laut. Tempat buat kita nongkrongnya kece bangeeet. Mau tau? Tempat nongkrongnya itu di sebuah rumah pohon! Di sana juga ada kapal bajak laut yang terdampar loh.












Kalian juga mau menjadi bajak laut? Di sini juga bias kok! Kalian bisa main a la-a la Jack Sparrow gitu dan ada paketnya. Pokoknya, buat fun!










Nah, kalian yang nggak bisa main flying fox atau bermain yang melatih fisik kita (kayak aku, soalnya aku takut ketinggian) cukup duduk-duduk aja di rumah pohon dan pesan makanan. Aduh, kalau soal makanan, perutku jagonya! Di Pirates Bay ini menyediakan beberapa jenis makanan, di antaranya adalah grilled-barracuda, grilled-tuna, calamary and chips, chicken sandwich, dan chicken mayo sandwich. Aaah, jadi lapeeer :(





calamary and chips


grilled-barracuda


grilled-tuna

chicken mayo sandwich


chicken sandwich

Setelah makan itu semua, penutup yang manis adalah penutup yang seeeeempurna! Beberapa dessert yang ada di Pirates Bay adalah banana foster, banana chocolate crepe, coconut paradise, dan fried ice cream. Sluuurp.

banana chocolate crepe


banana foster


coconut paradise


fried ice cream





Makan, udah. Leyeh-leyeh, udah. Bermain, udah. So, what are you waiting for? Come and enjoy it! :D