Kamis, 26 Desember 2013

10th Day: I Want (or Will) Visit This Places



Sesuai judul, gue mau (atau ‘akan’) mengunjungi tempat ini

Mekkah, Saudi Arabia

foto: 2mfm.org


Umat muslim diseluruh dunia pasti mendambakan untuk pergi ke tanah suci. Begitu pun dengan gue. Di sana gue ingin bersimpuh, beribadah langsung di rumah Allah S.W.T, serta mengunjungi makam Nabi Muhammad S.A.W. 


Paris, Perancis

foto: shemagazine.ca

Kota paling romantis ini memang jadi tempat dambaan bagi setiap pasangan. Gue ingin melihat menara Eiffell. Gue ingin duduk di bawahnya sambil minum cokelat panas dan baca buku. Sepele emang, tapi hanya dengan melakukan hal itu udah buat gue bahagia. 


All of places in Indonesia

foto: pajak.go.id


Berhubung Indonesia itu negara kepulauan, gue mesti banget banget ngejelajahin setiap pulaunya. Udah terbukti negara kita tercinta ini berasal dari tanah surga yang jatuh ke bumi. He-he. Gue nggak mau cuma melihat alamnya yang indah aja. Gue juga mau belajar budaya di setiap daerah. 


London, Inggris

foto: donnacoulling.com


Ini kota dan negara impian gue. Kelak, kalau mau nerusin kuliah di luar negeri, gue pengin kuliah disini. Di Oxford lebih tepatnya. Jadi, gue bisa kuliah sekaligus jalan-jalan disana :D


All of places in Palestine

foto: forum.indowebster.com


Setiap gue denger kabar tentang Palestina, gue selalu nangis. Saking dipikirinnya, gue pernah kebawa mimpi. Karena mimpi itu pulalah gue mempunyai tekad untuk pergi ke sana dan membantu langsung warga di sana.


Heaven

ilustrasi (ascensionearth.2012.org)


Surga adalah gol gue terakhir. Siapa sih, yang cita-citanya mau masuk neraka? Gue rasa nggak ada satu orang pun di dunia yang mau ke neraka. Orang gila aja pasti akan tetap memilih surga daripada neraka. Semua orang pasti mendambakan surga sebagai tempat terakhirnya. Dan gue pun begitu. Tapi, gue sadar, gye masih banyak melanggar perintah-Nya. Tapi (lagi), nggak ada salahnya kita berharap dan terus berdoa untuk "dapat tempat" do surga :)

Rabu, 25 Desember 2013

9th Day: Dari Ayah dan Ibu

foto: pixelspotraits.wordprees.com


Gue bukan orang kaya yang kalau minta ini itu pasti dipenuhin. Walaupun gue manja dan suka maksa apa yang gue mau harus dipenuhin, gue sadar. Gue nggak bisa kayak gitu terus. Tapi, ada satu ketakutan yang bikin gue was-was juga. Gue takut nggak bisa nerusin sekolah.

Harusnya gue bersyukur kalo gue masih merasakan pendidikan. Orang lain bahkan nggak pernah sama sekali. Tapi, cita-cita gue tinggi. Gue masih bernafsu untuk mencari ilmu. Kalau bisa, gue mau ke luar negeri (kalau ini ditentang bukan karena biaya, tapi karena gue nggak dibolehin ke sana). Kadang, nggak sadar gue melamun di depan buku yang sedang gue pelajarin. Kebetulan ayah gue lewat di depan kamar dan seakan tau apa yang gue pikirin, dia bilang, "Tenang aja. Rina, Riza, Nan, sama Isnan belajar aja biar bener. Jangan mikir yang lain." Omongan itu, kalimat itu, buat gue plong. Saat itu yang bisa gue lakuin adalah belajar dan masuk ke sekolah negeri biar biayanya nggak terlalu mahal. Kalau ditanya mau sekolah lagi apa enggak, gue pasti akan jawab mau banget! Tapi, sekarang gue udah lulus, gue mau kerja dulu untuk ayah ibu gue. Gue mau nunjukkin kalau anaknya produktif. Kalau soal kuliah mah gampanglah itu nanti.

Terus, juga ada kalimat dari ibu gue yang bikin gue semangat sekaligus jadi senjata ampuh kalo gue lagi ngambek minta les ini itu sama ibu. Beliau bilang, "Rina tuh pinter. Nggak pak les-lesan juga udah ngerti. Ibu yakin." Nah, dua kata terakhirnya ituloh yang bikin gue tersengat. Jadi, setiap temen gue pergi les, gue akan belajar di rumah dan Ibu yang jadi gurunya. Dan itu sukses buat gue termotivasi untuk menjadi nomor satu walaupun selalu jadi terbaik kedua di sekolah.

Selasa, 24 Desember 2013

8th Day: I’ll give you my heart



Jujur, pas buat hari ini, tiba-tiba otak gue nge-blank. Ngelamun sih, lebih tepatnya >.< :D

Yaudah, buat yang di sana, semoga dibaca ya :)

Tulisan ini aku tunjukkan ke kamu. Iya, kamu. Yang udah ngebuat aku tersenyum, ketawa, menangis, dan rasa yang lain. Ingatkah kamu saat kamu menyanyikan lagu “Mabuk Cinta”nya Armada buatku? Kamu selalu bilang kamu nggak pandai nyanyi, tapi saat kuminta, kamu tanpa pikir panjang langsung menyanyikannya untukku. Ingatkah kamu saat kita makan mi Aceh berdua? Kamu nggak pernah suka mi kuning besar karena kamu gampang kenyang, tapi denganku kamu rela memakannya. Masih banyak hal-hal kecil yang mungkin sudah kamu lupakan namun tetap aku ingat. Perhatian-perhatian kecilmu pun sanggup menggoreskan seulas senyum di wajahku. Bahkan hanya sekedar bilang “hai” ke aku pun akan mengingatnya.

Mungkin, benar kata orang bahwa perempuan itu lebay. Hal-hal sepele kayak sapaan terus diingat, tapi berpikirlah bahwa itu tandanya kami memperhatikan kaummu sebegitu detailnya. Aku pun begitu. Aku nggak ingin ada kejadian yang kita alami bersama terlewat di otakku. Aku sadar, aku bukan seseorang yang kamu inginkan. Tipemu amat sangat berbanding terbalik dengan keadaanku sekarang. Namun, aku hanya ingin satu. Membuatmu bahagia saat kamu berada disisiku. Jangan pernah pandang aku sebelah mata, cobalah untuk menerimaku apa adanya. Dan aku pun telah mencoba menerima segala kekuranganmu. Bukankah cinta itu saling melengkapi satu sama lain? Aku telah memberikan hatiku untukmu. Bukan untuk dijadikan percobaan, tapi untuk dijaga agar detaknya tetap berirama.


foto: creepypasta.wikia.com




Senin, 23 Desember 2013

7th Day: Andai gue menjadi . . . Barbie!


Yep, ini kesalahan fatal yang gue lakukan. Gue minta vote via WhatsApp ke temen-temen gue. Entah kenapa, yang ada dipikiran gue saat itu adalah gue menjadi:

  1. Barbie
  2. Presiden
  3. Tukang Bakso
  4. Murid TK


Dan, taddaaaaa! Suara terbanyak memilih Barbie.

Sekarang, gue bingung mesti ngapain.

Oke, kita liat dulu kemungkinan-kemungkinan yang ada kenapa temen-temen gue ngejawab Barbie.
Satu: Karena gue tomboy, cuek sama penampilan, dan sebagian orang menganggap kalau gue bukan cewek (yah, penilaian terakhir itu memang benar adanya. Nggak mengada-ada).
Dua: Mereka semua memang pengin pengin pengin banget kalau gue jadi Barbie betulan which is gue jadi cantik atau minimal gue jadi lebih “cewek”. 


foto: sites.google.com


Kayaknya sih, kemungkinannya baru itu. And now, let’s imagine me look like a Barbie (ya ampun, gue sendiri nggak bisa ngebayangin diri gue kayak barbie) Kalau gue jadi Barbie, hal pertama yang gue akan lakukan adalah gue akan memperbaiki table manner gue. Ya nggak etis dong kalau wajahnya udah cantik, tapi kelakuannya kayak Sabroni? Setelah itu, gue akan ikut kontes kecantikan se-jagad a.k.a Miss Universe. Dan gue akan tetap melanjutkan sekolah lalu menjadi juara kelas atau mendapat IP tinggi. Masih banyak yang beranggapan bahwa kalau cantik pasti berbanding terbalik sama otaknya. Gue, kalau jadi Barbie, akan mematahkan stereotip itu. Gue akan ngebuktiin gue bisa cantik sekaligus cerdas juga.

Minggu, 22 Desember 2013

6th Day: Gue takut sama . . .



Kalau udah ngomongin takut, gue bakal jawab banyak yang gue takutin. Tapi, nggak mungkin dong, gue jabarin semuanya disini. Nanti bisa dua hari dua malem lagi ngebacanya :D

foto: i2clipart.com


Yep, gue takut sama Ayah
Dalam agama gue, kita harus lebih tunduk sama Ibu karena dia telah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkan kita. Tapi, gue malah lebih takut sama Ayah. Beliau orangnya nggak suka ngebentak, apalagi mukul (amit-amit kalo sampe mukul). Kalau udah marah, dia cuma ngeluarin satu hal, yaitu diam atau ngomong pelan tapi bisa bikin air mata keluar deres. Dan buat gue, dua-duanya udah pernah kena. Adik gue yang kembar cowok, yang udah kelas 3 SMA aja masih kena marah karena keluar malem. Gue sadar kalau tindakan overprotektif ayah gue semata-mata untuk menjaga anaknya. Jadi, daripada kena masalah sama babe, mending cari aman aja.

Gue juga takut ketinggian
Gue itu nggak betah kalo kaki gue nggak nginjek bumi. Kayak ada yang kurang, gitu. Gue lebih baik naik jet coaster daripada naik bianglala. Nggak tau asal usulnya kenapa gue takut ketinggian. Tau-tau udah takut aja.

Terakhir, gue takut sama bangsa kadal  
Demi penguasa bumi dan surga ya. Gue udah nggak bisa berkata-kata sama hal yang satu ini. Dunia per-kadal-an adalah dunia yang “ih” banget. Gue emang pernah trauma sama salah satu hewan dari jenis ini. Kapan-kapan, gue ceritain deh kenapa gue “ih” banget sama makhluk yang satu ini.