Rabu, 25 Desember 2013

9th Day: Dari Ayah dan Ibu

foto: pixelspotraits.wordprees.com


Gue bukan orang kaya yang kalau minta ini itu pasti dipenuhin. Walaupun gue manja dan suka maksa apa yang gue mau harus dipenuhin, gue sadar. Gue nggak bisa kayak gitu terus. Tapi, ada satu ketakutan yang bikin gue was-was juga. Gue takut nggak bisa nerusin sekolah.

Harusnya gue bersyukur kalo gue masih merasakan pendidikan. Orang lain bahkan nggak pernah sama sekali. Tapi, cita-cita gue tinggi. Gue masih bernafsu untuk mencari ilmu. Kalau bisa, gue mau ke luar negeri (kalau ini ditentang bukan karena biaya, tapi karena gue nggak dibolehin ke sana). Kadang, nggak sadar gue melamun di depan buku yang sedang gue pelajarin. Kebetulan ayah gue lewat di depan kamar dan seakan tau apa yang gue pikirin, dia bilang, "Tenang aja. Rina, Riza, Nan, sama Isnan belajar aja biar bener. Jangan mikir yang lain." Omongan itu, kalimat itu, buat gue plong. Saat itu yang bisa gue lakuin adalah belajar dan masuk ke sekolah negeri biar biayanya nggak terlalu mahal. Kalau ditanya mau sekolah lagi apa enggak, gue pasti akan jawab mau banget! Tapi, sekarang gue udah lulus, gue mau kerja dulu untuk ayah ibu gue. Gue mau nunjukkin kalau anaknya produktif. Kalau soal kuliah mah gampanglah itu nanti.

Terus, juga ada kalimat dari ibu gue yang bikin gue semangat sekaligus jadi senjata ampuh kalo gue lagi ngambek minta les ini itu sama ibu. Beliau bilang, "Rina tuh pinter. Nggak pak les-lesan juga udah ngerti. Ibu yakin." Nah, dua kata terakhirnya ituloh yang bikin gue tersengat. Jadi, setiap temen gue pergi les, gue akan belajar di rumah dan Ibu yang jadi gurunya. Dan itu sukses buat gue termotivasi untuk menjadi nomor satu walaupun selalu jadi terbaik kedua di sekolah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar